Sabtu, 16 Januari 2016

Kelas Seni di SLB Negeri 1 Padang



(By Lifya)
     
    
Foto by : Lifya
Membaca kelas Seni yang kaya cerita dan kaya dengan karya di SLBN 1 Padang ada yang melenggang ada yang berdendang dan ada yang berindang. Juga ada yang asyik melukis dan asyik menulis. Semua ceria semua asyik. Begitulah suasana di seklah Luar Biasa Negeri 1 Padang di penghujung minggu. Kegiatan ini  termasuk kegiatan pengembangan diri  yang dilakukan setiap hari Sabtu. Ada 5  macam kegiatan pengembangan diri  yang di  jalankan  pada sekolah ini. Terdiri dari kegiatan Ceramah agama , Seni , Olah raga, Pramuka dan K3. Masing-masing  kegiatan pengembangan diri di SK-an oleh kepada sekolah  sesuai dengan  minat dan kemampuan guru dan siswa.  Untuk pelaksanaan nya digilir sekali dalam seminggu . Yang dibimbing langsung oleh guru-guru dari SLB Negeri I Padang.  Kegiatan ini terprogram  dan direncanakan pada semua tingkat kelas maupun sekolah.
Pengembangan diri ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya yaitu untuk memberikan peserta didik kesempatan untuk dapat mengekspresikan dan mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi, minat, bakat, kondisi, karakter, dan kebutuhannya. Sedangkan tujuan khusus dari pengembangan diri ini yaitu dapat menunjang peseta didik untuk mengembangkan minat, bakat, kompetensi, kebiasaan, kemampuan, kreativitas, kemandirian, dan problem solving atau pemecahan masalah..
Penggunaan istilah Pengembangan Diri dalam kebijakan kurikulum memang relatif baru dulu lebih dikenal dengan istilah Bina Diri yang lebih banyak diarahkan kepada  keterampilan mengurus diri . Kehadiran istilah Pengembangan diri menarik untuk didiskusikan baik secara konseptual maupun dalam prakteknya. Jika menelaah literatur tentang teori-teori pendidikan, khususnya psikologi pendidikan, istilah pengembangan diri disini tampaknya dapat disepadankan dengan istilah pengembangan kepribadian, yang sudah lazim digunakan dan banyak dikenal. Meski sebetulnya istilah diri (self) tidak sepenuhnya identik dengan kepribadian (personality).
Pengembangan Diri di Sekolah Luar Biasa merupakan salah satu komponen penting dari struktur Kurikulum. Yang diarahkan guna terbentuknya keyakinan, sikap, perasaan dan cita-cita para peserta didik yang realistis, sehingga pada gilirannya dapat mengantarkan peserta didik untuk memiliki kepribadian yang sehat dan utuh.
Pengembangan diri harus memperhatikan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik  di sekolah. Kadang siswa tidak mau masuk kekelas yang sudah diprogramkan kepadanya. Sehingga guru bisa mencarikan tempat yang sesuai dengan keinginan siswa. Tidak ada paksaan siswa bebas memilih kelas yang disukainya.Ini penting untuk memberikan rasa nyaman pada siswa dalam melakukan kegiatan. Biasanya guru sudah mengidentikasi kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik terlebih dahulu. Tidak berapa orang siswa yang menolak untuk ditempatkan dikelas seni yang akan dijalankan.  Tidaklah tepat rasanya menempatkan siswa dikelas puisi yang siswanya belum bisa membaca  dan menulis. Begitu juga anak yang tidak suka menari tidak akan mau masuk ke kelas menari. Disitulah letak kejelian guru-guru SLB Negeri I Padang semua siswa sudah terpeta dalam ingatannya.
Kegiatan pengembangan diri ini terdiri dari   banyak kegiatan sekaligus juga  melibatkan banyak orang, oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan pengorganisasian disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi nyata di sekolah.
Sebagai penutup tulisan ini, ada baiknya kita renungkan ungkapan dari R.F. Mackenzie yang di kutip oleh Akhmad Sudrajat, M.Pd. Tulisan ini banyak mengilhami ribuan guru di Inggris tentang bagaimana seharusnya proses pendidikan berlangsung, dikaitkan dengan kegiatan pengembangan diri di sekolah :
“ … Kami ingin memberikan kepada siswa-siswa kesempatan untuk menceburkan ke dalam cara hidup yang berbeda, dan kenangan yang bertahan lebih lama. Di sana tidak akan ada paksaan atau keharusan, ketekanan, ketergesaan, atau ujian. Apabila mereka ingin memanjat atau berski, kita akan membantu mereka untuk mendapatkan keterampilan itu. Apabila mereka ingin mengidentifikasi tumbuhan gunung tinggi atau burung, kita akan mengusahakan diperolehnya pengetahuan itu. Dan apabila mereka ingin tidak memiliki kedambaan akan adanya kegiatan atau kehausan akan pengetahuan, tetapi maunya hanya duduk diam seperti kaum penghuni dataran tinggi yang dulunya di sini, atau ingin memandangi awan berarak melaju di atas Creag Dhubh, atau mendengarkan suara rintik hujan yang menitik jatuh di antara cecabang pohon setelah hujan berhenti mengucur, itu semua juga merupakan bagian penting dari perkembangan. Pada saat inilah, ketakutan, ide, harapan, dan pertanyaan yang setengah tenggelam mulai muncul kembali ke permukaan…” (Combie White, 1997).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar